Makhluk Rakus Itu, Manusia Adanya!
AKAN tampak di atas bumi makhluk-makhluk yang akan selalu berkelahi di antara mereka sendiri, menimbulkan amat banyak kerugian, dan bahkan kematian di semua pihak. Melalui tindakan kekerasan mereka banyak pohon dari hutan belantara di dunia ini akan digunduli. Dan karena mereka harus dapat makan, hasrat mereka untuk makanan sehat akan membawa kematian dan kesulitan dan kerusakan dan ketakutan dan pelarian kepada semua makhluk hidup.
Demikian Leonardo da Vinci, mengatakan hal itu dalam sejumlah catatannya berupa ramalan tentang kehidupan manusia di masa kini maupun di masa depan. Catatan tersebut baru-baru ini terbit dalam edisi bahasa Indonesia, diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta, dengan judul Ramalan Leonardo da Vinci. Seniman besar kelahiran 1452 di kota kecil Tuscan di Vinci dekat Floerence itu, memang tidak hanya dikenal sebagai pelukis yang jenius dengan karyanya The Last Supper ("Perjamuan Terakhir" 1495-1947) dan Mona Lisa (1503-1506) saja, tetapi juga sebagai pematung, pemikir seni, serta ilmuwan yang ulung pada zamannya.
Meskipun begitu, Leonardo yang antara lain pernah jadi pelukis istana untuk Raja Prancis Louis XII itu, dalam pandangan Michael Hart, penulis buku A Ranking of The Most Influential Persons in History, ternyata bukan termasuk tokoh sejarah yang berpengaruh di muka bumi, dengan alasan antara lain, bahwa sebagai ilmuwan dan penemu, eksistensi Leonardo kurang memberi pengaruh yang signifikan dalam sejarah.
Apa yang dikatakan oleh Michael Hart tersebut pastilah hingga kini masih diperdebatkan oleh banyak pihak. Namun demikian tak ada seorang yang menyangkalnya, ketika ia menempatkan Nabi Muhammad saw dalam urutan ranking pertama, orang yang berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia di muka bumi. Bagi umat Islam, tentu saja Nabi Muhammad saw berpengaruh tidak hanya di muka bumi saja, tetapi juga di akhirat kelak.
**
LEPAS dari besar dan tidak besarnya pengaruh Leonardo dalam bidang yang ditekuninya pada saat itu, apa yang diramalkannya tentang tingkah-laku manusia di zaman ini maupun di zaman mendatang, dan bahkan pada zamannya, ada benarnya. Hal ini antara lain bisa kita lihat lewat kacamata nafsu kekuasaan yang selalu haus darah, yang menggerakkan hati dan pikiran manusia yang tampaknya ringan-ringan saja melakukan pembantaian terhadap sesamanya, tanpa rasa dosa. Jika manusia melakukan pembantaian terhadap sesamanya dilakukan dengan tanpa rasa dosa, maka kita jangan heran bila mendapatkan orang-orang yang justru berpendidikan tinggi begitu tega menggunduli hutan, kayu-kayunya diangkut ke kota besar demi kepentingan bisnis, dan sebagainya. Bahkan bukan hanya itu, pembakaran hutan pun kerap pula dilakukannya, entah untuk apa. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Di samping itu, kata Leonardo lebih lanjut, ternyata manusia sebagai pembantai itu masih ingin naik ke surga. "Kesombongan mereka yang tak terbatas akan membuat mereka ingin naik sendiri ke surga, tetapi anggota tubuh mereka yang amat berat akan membuat mereka tetap berada di atas bumi," katanya.
Tubuh yang berat yang tetap berada di atas bumi itu, dalam konteks lebih lanjut kiranya; bisa kita tafsir pada sisi spiritual, yakni roh yang gelap, yang tetap tinggal di neraka, yang tidak bisa terbang ke surga karena dosa-dosa yang disandangnya begitu berat.
Dari apa yang diramalkannya semacam itu, ternyata ada renungan religius yang hendak dikatakan oleh Leonardo, baik pada dirinya maupun pada pembaca tulisannya di masa kini maupun di masa mendatang. Dari apa yang dikatakannya itu, setidaknya kita mendapatkan kebajikan yang dipahatkannya dalam setumpuk ungkapannya, yang kadang cukup rasional, kritis, liris, satiris, dan bahkan sugestif. Adakah Leonardo penyair?
Di bawah ini kita baca rasa humornya yang demikian tinggi, terselip dalam olok-olokannya terhadap manusia, yang membuktikan bahwa manusia itu adalah makhluk fana adanya, dan bukan Tuhan. Tulisannya ini tidak akan lahir secerdas ini, kalau ia sendiri tidak merenungi kehidupan itu sendiri secara mendalam. Demikian, ia berkata, "Seorang pelukis ditanya mengapa ia mempunyai anak-anak yang buruk rupa. Padahal dia mampu membuat lukisan orang-orang yang sedemikian cantik, meski ia benda mati. Lalu pelukis itu menjawab bahwa ia membuat lukisannya pada siang hari dan membuat anaknya pada malam hari."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar